WIRO SABLENG
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode : PETAKA GUNDIK JELITA
SATUHutan kecil itu terletak di teluk yang sangat sepi. Hanya deburan ombak terdengar menderu di pasir sepanjang siang dan malam hari. Ombak yang begitu ganas membuat teluk itu hampir tak pernah didatangi manusia termasuk nelayan pencari ikan. Tersembunyi di balik kerapatan pepohonan dan semak belukar terdapat sebuah pondok kayu beratap ijuk. Bangunan ini cukup besar, memiliki dua kamar serta langkan lebar. Dua orang tampak duduk di langkan, berhadap-hadapan satu sama lain. Untuk beberapa saat lamanya tak satupun dari mereka membuka mulut bersuara.
Duduk di sebelah kanan di dekat pintu adalah seorang tua berambut sangat putih, berkulit hitam, mengenakan pakaian berupa selempang kain kuning muda. Parasnya yang keriput dimakan usia tampak tenang walau benak dan lubuk hatinya disamaki berbagai pikiran dan perasaan. Di hadapannya duduk bersila seorang pemuda berpakaian putih, berbadan langsing dan berkulit puith halus. Rambutnya yang hitam agak tersuruk oleh ikat kepala putih. Meskipun dia berpakaian cara laki-laki, namun keelokan paras dan kehalusan kulitnya tak dapat menyembunyikan bahwa sebenarnya pemuda ini adalah seorang gadis berusia sekitar delapan belas tahun.
"Empu, kau tadi hendak membicarakan sesuatu. Tapi sejak tadi kau hanya berdiam diri...." Terdengar suara gadis elok paras.
"Terus terang sebelumnya percakapan ini sudah kupersiapkan. Namun pada waktu tiba saatnya terasa tenggorokanku menjadi kering dan lidah seperti kelu," kata orang tua yang dipanggil dengan sebutan Empu. "Na
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #28 : Petaka Gundik Jelita - Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar